Selasa, 09 September 2008

BAGAIKAN MATA

Kamera Video atau Film merupakan mata visual yang sanggup menangkap citra gambar. Beberapa tahun belakangan ini, kamera video makin memasyarakat saja, hampir tiap orang tidak asing lagi dengan alat ini. Masyarakat umum mengenal dan menyebutnya handycam, ini adalah sebutan dari camcoder berukuran kecil khusus yang dikeluarkan oleh produsen SONY, jadi ada semacam salah kaprah dalam penyebutannya. Sebagaimana orang menyebut "aqua" untuk semua air mineral kemasan, atau "honda" untuk semua jenis sepeda motor. Apapun ceritanya, bukan lagi hal yang luarbiasa atau wah lagi, orang menenteng ke sana ke mari camcoder alias handycam.

Camcoder, adalah kamera video yang dilengkapi dengan recoder (perekam), semakin jelas mengapa kamera video yang langsung bisa merekam gambar, tanpa melalui proses lebih lanjut (baca, melalui proses lab processing) seperti jaman dulu, disebut camcoder.
Dulu, untuk merekam gambar bergerak dibutuhkan banyak perangkat, saat itu antara kamera dan recorder merupakan piranti yang terpisah. Kamera video hanya alat penangkap dan pengolah citra menjadi sinyal elektronik. Setelah sinyal elektronik terbentuk barulah diteruskan dengan piranti recorder untuk direkam kedalam media lainnya, kaset misalnya.

Jadi untuk merekam sesuatu minimal dibutuhkan dua orang, satu mengoperasikan kamera sedangkan yang lainnya menjalankan alat perekamnya. Belum lagi, bila digunakan kamera film model celoluit (38 mm atau 16 mm), gambar yang terekam harus dilakukan proses yang disebut pencucian film yang hanya bisa dilakukan dalam lab film saja. Betapa rumit proses pembuatan film atau video tersebut pada jaman dulu. Belum lagi kalau syuting dilakukan pada malam hari, dibutuhkan peralatan lampu (ligthing equipment) yang harus di operasikan terpisah dan dioperasikan orang lainnya. Demikian juga terhadap suara yang harus dimasukkan sebagai bagian cerita, harus dilakukan secara manual dalam pengisian suaranya.
Betapa menyedot biaya yang sangat banyak untuk menghasilkan sebuah film atau video, selain membutuhkan banyak operator dan proses, ketiga alat tersebut membutuhkan suplai daya listrik yang besar dan harus disuplay melalui kabel-kabel yang membatasi pergerakan kamera. Bisa saja kebutuhan listrik disuplai dari baterai agar aktivitas perekaman gambar tak terganggu oleh utas-utas kabel. Namun, untuk itu dibutuhkan banyak baterai berdaya besar dengan ukuran dan bobot yang besar juga.

Tetap saja gerakan kamera terbatas karenannya dan penggunaan kamera terasa ribet untuk kepentingan pembuatan video keluarga (rumahan) atau dokumenter. Belum lagi dengan biaya yang harus dikeluarkan, sangatlah banyak.

Camcoder hadir sebagi jawaban dari sekelumit persoalan tersebut. Perpaduan antara camera dan recorder ini memungkinkan kegiatan merekam gambar bergerak menjadi sangat mudah dan ringkas. Apalagi setelah ditemukan CCD (Charge Couple Device) untuk mengganti fungsi dari tabung penangkap warna pada kamera konvensional, sehingga ukuran camcoder dapat diringkas hanya sebesar telapak tangan. Itupun sudah dilengkapi dengan lampu penerangannya.
Sungguh luar biasa, hampir semua camcoder kini dilengkapi dengan layar LCD (Liquid Crystal Display) yang berfungsi sebagai alat monitor obyek, yang dapat menggantikan fungsi dari kotak pengeker (view finder). Dengan layar yang terhubung ke lensa, bisa dibuka dan ditangkupkan, mempermudah pada saat merekam obyek. Semua obyek yang dibidik terlihat jelas dan pengaturan komposisi pengambilannya dapat dilakukan dengan mudah, jadi tidak perlu repot-repot mengeker obyek pada kotak kekernya.

Lain daripada itu, LCD juga berfungsi sebagai layar monitor utnuk melihat hasil gambar yang baru saja direkam, sehingga seorang kamerawan dapat memutar kembali (play back) dan menyaksikan kembali dari apa yang telah direkamnya.

Camcoder dapat memangkas ongkos produksi, serta memudahkan melaksanakan 2 (dua) sampai 5 (lima) pekerjaan menjadi satu. Hebatnya lagi, saat ini harga camcoder semakin terjangkau oleh masyarakat. tak perlu merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa memiliki sebuah camcoder analog atupun digital dengan fitur yang lengkap. Barangkali, hal inilah yang membuat camcoder begitu memasyarakat.

Lebih Dekat Dengan Camcoder

Kamera-kamera video pada generasi awal, pengolahan citra dilakukan pada tabung penerima (pic-up tube) yang berukuran besar. Masalah terbesar dari penggunaan tabung penerima ini adalah ukuran yang begitu besar, berat, ringkih dan membutuhkan banyak daya listrik. Ia juga memerlukan waktu yang lama untuk pemanasan. Inilah yang menyebabkan kamera-kamera generasi awal memiliki ukuran yang sangat besar.

Semenjak ditemukan Charce Coupled Device (CCD), yaitu kumpulan lempeng-lempeng photo elektrik yang tersusun dalam sebuah sirkuit yang terintegrasi. Tugas tabung penerima untuk mengolah citra sinyal elektronik di gantikan oleh CCD ini. Ukuran CCD sangat kecil, ringan, ringkas dan membutuhkan daya listrik yang rendah, sehingga memungkinkan kamera-kamera video dibuat dalam ukuran yang sangat kecil.

Recorder yang biasa disebut dengan VCR (Video Cassete Recorder) atau VTR (Video Tape Recorder) sendiri memiliki dua fungsi utama, berhubungan dengan pita kaset dan membaca sinyal-sinyal "mati" dari kaset dan meng-convert-nya menjadi sinyal-sinyal yang dapat dibaca oleh pesawat televisi.

Untuk kepraktisan, kamera dan VCR digabungkan menjadi satu unit sebagai jawaban dari problem terbesar penguna kamera video yang mengeluhkan betapa repotnya merekam video dengan alat yang terpisah-pisah.

Komponen ketiga yang terdapat pada semua jenis kamera adalah viewfinder, kotak pengeker yang dapat menerima citra video dengan baik. Kita dapat melihat apa yang sedang kita bidik dengan kamera. Viewfinder biasanya kecil, hitam-putih atau dengan warna-warna televisi. Namun saat ini, fungsi dari viewfinder telah digantikan oleh LCD berwarna yang melengkapi camcoder, sehingga saat ini sangatlah jarang mengunakan viewfinder untuk melihat obyek yang sedang di-shooting.

Kelebihan LCD monitor berwarna dengan resolusi yang tinggi dapat diputar hingga 270 derajat, sehingga memungkin pengambilan gambar sambil mengangkat kamera setinggi-tingginya di atas kepala, untuk merekam obyek di tengah kerumunan yang tak mungkin dilihat secara langsung melalui viewfinder yang paling luwes sekalipun. LCD monitor sangatlah menguntungkan bagi seorang kamerawan, dengan kelebihannya untuk berputar dan ditangkupkan pada kamera, memungkinkan dapat merekam diri sendiri dengan kontrol yang baik.


Beda Camcoder Analog dan Digital

Desain dasar dari kedua model kamera ini tidaklah jauh berbeda, karena elemen-elemen dasarnya sangatlah mirip dan serupa. Kelebihan dari camcoder digital, memiliki komponen yang dapat mengubah informasi analog dari kamera dan menerjemahkannya menjadi data digital (byte) dalam bentuk 1 da 0. Kemampuan ini sangat menguntungkan, sebab data-data dalam bentuk 1 dan 0 dalam camcoder digital tersebut dengan sangat dapat dikopi tanpa kehilangan sebagian dari informasi yang telah direkam. Sedangkan informasi analog akan menurun kualitasnya setiap dilakukan pengkopian, karena tidak dapat mereproduksi sinyal sebagaimana aslinya. Informasi video dalam format digital dapat langsung dimaksukkan (baca capture) ke komputer, langsung dapat diedit, dikopi, mengirimnya melalui e-mail, atau bahkan memanipulasinya.

Sering kita mendengar kelas-kelas dalam kamera, kelas profesional dan kelas amatir. Kelas ini hanya untuk membedakan pada hasil akhir dari hasil tangkapan kamera video. Masih banyak orang yang salah kaprah dalam mengartikan kelas ini, mereka menganggap kelas ini hanya pada sisi bentuk atau besar kecil kamera yang digunakan, tidak memperhatikan hasil akhir dari video atau film yang dibuat.

Pembedaan kelas yang benar adalah pada bagaimana kualitas akhir dari penangkapan gambar dari kamera, kualitas gambar yang cukup baik, pengambilan gambar yang tidak asal-asalan, muncul tidaknya karakter gambar yang ditangkap dan bagaimana cara memperlakukan kamera sebagai bagian dari indra kita. Menggunakan camcoder yang minipun (baca Handycam) sudah bisa dianggap profesional, bila memenuhi hal-hal diatas.

Benar, untuk menghasilkan gambar berkualitas harus dukung dengan camcoder yang baik untuk menangkap gambar yang baik pula, dan ini bisanya dimiliki oleh kamera-kamera menengah dan besar. Namun dengan berkembangnya teknologi, kualitas kamera yang biasa disebut oleh orang kelas profesional telah dimiliki oleh camcoder mini. Jadi tidaklah benar bila kelas kamera ditentukan oleh besar kecilnya kamera, yang benar ditentukan oleh bagaimana kamerawan dapat menghasilkan gambar yang berkualiatas secara videografi.

Tidak ada komentar: